Sabtu, 26 Maret 2011

Prinsip Belajar

Prinsip belajar disini adalah hukum-hukum dasar atau pokok yang perlu diterapkan dalam pelaksanaan belajar agar menjadi lebih efektif, sehingga hasil dari belajar itu menjadi lebih meningkat. Diantara prinsip-prinsip belajar itu, penulis ikhtisarkan dari hasil penelitian dan pengalaman Prof.Dr. S. Nasution yakni :
1. Prinsip tujuan dan dorongan, bahwa seseorang akan belajar dengan betul-betul, bila ada tujuan dan dorongan untuk mencapai tujuan itu dengan segera.
2. Belajar itu perlu perubahan kelakuan sebagai bukti hasilnya
3. Prinsip berbuat, bahwa belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau learning by doing. J adi harus ada keterlibatan seluruh diri seutuhnya dalam belajar.
4. Prinsip konsentrasi, atau pemusatan perhatian yang di bangun atas dasar motivasi yang ada pada si pelajar.
5. Prinsip insight, bahwa apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami. Belajar bukan menghafal fakta lepas secara verbal
6. Prinsip ulangan dan latihan, belajar perlu ulangan dan latihan, akan tetapi harus didahului dengan pemahaman.
Dengan demikian, untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam belajar, memerlukan keterlibatan dan keaktifsn si belajar secara penuh. Hal ini sejalan dengan apa yang sedang dikembangkan dalam pembaharuan dunia pendidikan, khususnya dalam belajar mengajar yakni CBSA (Cara belajar siswa aktif) atau SAL (student active learning), yang dapat dipahami sebagai “suatu cara belajar yang menuntut keterlibatan intelektual, emosional siswa mahasiswa dalam kegiatan belajar yang bersangkutan.
Prinsip-prinsip yang merupakan indikasi ke CBSA-an yang dapat terlihat pada dimensi mahasiswa antara lain adalah:
1. Keberanian mahasiswa untuk mewujudkan/menyatakan minat keinginan dalam mengemukakan pendapat, pertanyaan dan dalam kegiatan/ferum belajar mengajar.
2. Keberanian untuk berperan serta secara aktif dalam persiapan dan proses belajar mengajar tersebut.
3. Dorongan ingin tahu (curiosity) yang besar dari mahasiswa untuk mengetahui dan mengerjakan sesuatu yang baru dalam proses belajar mengajar.
4. Rasa lapang dan bebas dalam melakukan sesuatu tanpa tekanan dari manapun. Dengan belajar aktif, melakukan sendiri secara aktif kegiatan belajar itu, diharapkan si pelajar akan memperoleh lebih banyak hasil yang diharapkan. Dan seharusnyalah demikian, si pelajar yang harus aktif karena dia yang belajar. Dan keaktifannya itulah yang akan menolong dia dapat lebih baik dalam memahami sesuatu.
Ingatlah apa yang pernah dikatakan oleh seorang filsuf Cina K’ung Fu Tze (Kong Fu Tsu) (551 – 479) sebagai berikut :
SAYA DENGAR DAN SAYA LUPA;
SAYA MELIHAT DAN SAYA INGAT;
SAYA LAKUKAN DAN SAYA MENGERTI.
Model-model pendekatan dalam belajar
Sebagai akibat dari makin majunya capaian manusia berbagai perkembangan budayanya, maka sifat si antar sesamanya pun menjadi makin kompleks. Tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Sifat interaksi edukatif dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses belajar mengajar juga mengalami perkembangan dan kompleksitasnyapun makin meningkat yang karenanya maka perlu diperhatikan secara lebih baik.
Dalam hal pendekatan dalam proses belajar mengajar, telah muncul beberapa model sebagai berikut:
1. Model pendekatan kreativitas (Creativity approach)
2. Model pendekatan kesadaran (human awarenss approach)
3. Model belajar bebas (Freedom to learn approach) atau model pengajaran nondirectif.
Model pendekatan kreativitas dalam belajar menekankan pada pengembangan kepribadian si pelajar secara lebih kreatif dan produktif, karena manusia pada dasarnya memiliki potensi untuk menjadi kreatif.
Model pendekatan kesadaran merupakan salah satu ben-tuk kontribusi psikologis, khususnya bertalian dengan konsep kesadaran diri. Model ini mengutamakan kemampuan memahami perasaan sendiri, sehingga dapat mengembangkan suatu kebutuhan inter personal yang dengan sendirinya memperkokoh berbagai kemampuan yang dimiliki untuk belajar. Perasaan kesadaran dirinya akan selalu mendorong dan memompa dirinya untuk selalu belajar dan belajar.
Sedangkan pendekatan belajar bebas selain si pelajar secara bebas tanpa dipaksa dapat menyelesaikan tugas-tugas dalam waktu tertentu, juga belajar membebaskan di¬rinya belajar menjadi manusia yang berani memilih sendiri apa yang akan dilakukannya dengan penuh rasa tanggung jawab, tidak perlu dipaksakan untuk belajar, tidak terikat oleh keinginan dan harapan orang lain. la tidak berkelakuan atas kehendak orang lain ia sendiri yang menjadi arsitek pribadinya, bebas mengendalikan pilihan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Ketiga model pendekatan tersebut diatas, tentunya memiliki kelebihan dan keterbatasan masing-masing. Namun yang jelas ketiganya menekankan perlunya inti kemerdekaan dalam belajar tanpa tekanan, tanpa paksaan sehingga belajar itu menjadi efektif. Dalam bahasa agama disebut “keikhlasan”. Dikaitkan dengan realitas kehidupan mahasiswa kini dan perkembangan sifat interaksi edukatif antara dosen dan mahasiswa maka yang dipandang lebih relevan adalah pendekatan model kreativitas.
Ciri dan karakteristik dari prilaku kreativitas ini, antara lain menampak dalam bentuk :
1. Kelancaran (fluency) yakni kemampuan si pelajar untuk mengemukakan ide-ide dalam rangka pemecahan suatu masalah.
2. Keluwesan (flexibility) yakni kemampuan menemukan ber¬bagai macam ide untuk pemecahan masalah diluar kategori yang biasa.
3. Keaslian (originality) yakni kemampuan untuk menemukan dan memberikan respons-respons yang unik, luar biasa yang sifatnya inovatif
4. Keterperincian (elaboration) kemampuan memberikan pengarahan secara terinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.
5. Kepekaan (sensibility) yakni kemampuan dan kepekaan menangkap masalah dari suatu situasi

0 komentar:

Posting Komentar