Senin, 05 Juli 2010

SOAL UTS KEPERAWATAN GERONTIK

BAB I

SOAL

1. B. Mengapa Lansia dipandang layak dan harus masuk area keperawatan.

2. B. Jelaskan proses menua, dengan menggunakan teori radikal bebas.

3. A. Jelaskan filosofi keperawatan Lansia dan ruang lingkup asuhan keperawatan Gerontik.

4. B. Sebutkan faktor – faktor yang berpengaruh dan yang menjadi pencetus terjadinya depresi pada Lansia.

5. A. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan Lansia, jelaskan :

1. Penurunan Kondisi Fisik

2. Penurunan Fungsi dan Potensial Seksual

3. Perubahan Aspek Psikososial

4. Perubahan yang Berkaitan dengan Pekerjaan

5. Perubahan dalam Peran Sosial di Masyarakat

6. A. Jelaskan masing-masing, bukan copypaste dari powerpoint :

a) Tipe Konstruktif (Constructive Personality)

b) Tipe Mandiri (Independent Personality)

c) Tipe Tergantung (Dependent Personality)

d) Tipe Bermusuhan (Hostility Personality)

e) Tipe Kritik Diri (Self Hate Personality)

7. Selain format pengukuran Indeks Katz, SPSMQ, MMSE, Inventaris Depresi of Becks dan APGAR keluarga, tunjukkan format pengukuran Lansia lain yang Saudara ketahui.

BAB II

JAWABAN

1.B. Mengapa Lansia dipandang layak dan harus masuk area keperawatan.

Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di bidang kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotic yang mampu melenyapkan berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan pesat.

Secara demografis, berdasarkan sensus penduduk tahun 1971, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas sebesar 5,3 juta (4,5%) dari jumlah penduduk. Selanjutnya, pada tahun 1980, jumlah ini meningkat menjadi +8 juta (5,5%) dari jumlah penduduk dan pada tahun 1990, jumlah ni meningkat menjadi +11,3 juta (6,4%). Pada tahun 2000, diperkirakan meningkat sekitar 15,3 juta (7,4%) dari jumlah penduduk, dan pada tahun 2005, jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi +18,3 juta (8,5%).

Menurut perkiraan BPS, pada tahun 2005 di Indonesia, terdapat 18.283.107 penduduk lanjut usia. Jumlah ini akan melonjak hingga +33 juta orang lanjut usia (12% dari total penduduk) pada tahun 2020 dengan umur harapan hidup kurang lebih 70 tahun. Meningkatnya umur harapan hidup ini dipengaruhi oleh :

a. Majunya pelayanan kesehatan

b. Menurunnya angka kematian bayi dan anak

c. Perbaikan gizi dan sanitasi

d. Meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi.

Dengan demikian, lapisan lanjut usia dalam struktur demografi Indonesia menjadi semakin tebal dan sebaliknya, balita menjadi relatif semakin sedikit. Dengan kata lain, timbul regenerasi yang dapat membawa akibat negatif.

Dalam perjalanan hidup manusia, proses menua merupakan hal yang wajar dan akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang. Hanya lambat/cepatnya tersebut bergantung pada setiap individu yang bersangkutan. Permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia antara lain :

Permasalahan umum, contohnya ;

a. Banyak lansia yang terlantar (hidup dibawah garis kemiskinan) dikarenakan dampak dari krisis ekonomi, mengakibatkan mereka harus hidup sebatang kara.

b. Keterbatasan kegiatan oembinaan kesejahteraan lanjut usia oleh pemerintah dan masyarakat, baik berupa keterbatasan tenaga profesional, sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi para lanjut usia.

Permasalahan khusus, contohnya ;

a. Perubahan nilai sosial masyarakat, yaitu kecenderungan munculnya nilai sosial yang dapat mengakibatkan menurunnya penghargaan dan penghormatan kepada lanjut usia.

b. Berkurangnya daya tahan tubuh lanjut usia dalam menghadapi pencemaran lingkungan serta kesulitan memperoleh lapangan kerja formal bagi lanjut usia.

c. Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi.

d. Karena kondisinya, lanjut usia memerlukan tempat tinggal dan fasilitas perumahan yang khusus.

e. Lanjut usia tidak saj ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi dapat pula mengalami pengaruh kondisi mental.

f. Biaya pemeliharaan kesehatan lanjut usia

g. Lanjut usia juga mengalami ketakutan, terutama (ketergantungan fisik, sakit yang kronis, kesepian, kebosanan yang disebabkan oleh rasa tidak diperlukan).

(Sumber : Wahjudi Nugroho, 2008).

Dari semua permasalahan diatas, lansia dipandang layak masuk dalam area keperawatan karena lansia merupakan subjek keperawatan yang komprehensif. Permasalahan-permasalahan yang terjadi pada lansia ini cukup menyita perhatian dunia keperawatan. Pertanyaannya disini, mengapa lansia dengan berbagai permasalahan yang ada tidak menjadi fokus dalam area keperawatan, padahal fokus keperawatan mengenai keperawatan anak, keperawatan neonatus, dan keperawatan yang lain telah berkembang pesat dalam dunia keperawatan. Oleh karena itu, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya dalam dunia kedokteran, yang mana ada dua ilmu yang membahas tentang lanjut usia yaitu gerontologi dan geriatri.

Bersumber dari dua ilmu tersebut, dunia keperawatan memandang masalah keperawatan lanjut usia ini dengan respon yang positif, pada akhirnya muncullah gerontological nursing/gerontic nursing(perawatan lansia yang menderita penyakit) dan geriatric nursing(praktik perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua). Selain itu mempertimbangkan sifat-sifat dari keperawatan yaitu humanistik, altruistik, biopsikososial dan kebutuhan dasar manusia, maka pada tahun 2000, keperawatan gerontik masuk dalam kurikulum keperawatan.

2.B. Teori Kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory).

Teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagi kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti :

1. Asap kendaraan bermotor

2. Asap rokok

3. Zat pengawet makanan

4. Radiasi

5. Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.

(Sumber : Wahjudi Nugroho, 2008).

Teori radikal bebas dipercaya sebagai teori yang dapat menjelaskan terjadi proses menua karena dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Berbagai radikal bebas seperti superoksida anion, hidroksil, peroksil, radikal purin dihasilkan selama metabolisme sel normal. Respirasi mitokondria, autooksida biomolekul, dan polutan lingkungan serta radiasi menghasilkan radikal bebas pula. Kerusakan fungsi selular terjadi seperti perubahan struktur DNA, mutasi genetik, atau agregasi biomolekul melalui reaksi “cross-linking” yang menyebabkan perubahan pada membran plasma.

Radikal bebas hidroksil yang bereaksi dengan asam lemak tidak jenuh ganda (poly unsaturated fatty acid=PUFA) di dalam membran sel akan membentuk peroksida lemak. Selain itu, senyawa beracun malondialdehid (MDA), dapat mengikat berbagai protein sehingga menghasilkan perubahan fungsi protein atau antigenisitas.

(Sumber : Sitti Setiati, 2000)

3.A Fenomena yg menjadi bidang garap keperawatan Gerontik adalah tidak terpenuhinya KDM lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.

Lingkup Asuhan Keperawatan Gerontik meliputi :

a) Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan.

b) Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan.

c) Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi keterbatasan akibat proses penuan.

Dalam prakteknya PerawatGerontik Melakukan Peran & Fungsinya adalah Sebagai berikut :

a) Sebagai Care Giver /Pemberi asuhan Kep. Langsung

b) Sebagai pendidik klien lansia

c) Sebagai Motivator

d) Sebagai Advokasi Klien

e) Sebagai Konselor

Tanggung Jawab Perawat Gerontik :

a) Membantu klien Lansia memperoleh kesehatan secara optimal.

b) Membantu Klien Lansia memelihara kesehatannya.

c) Membantu Klien Lansia menerima kondisinya.

d) Membantu Klien Lansia menghadapi ajal dengan diperlakukannya secara manusiawi sampai meninggal.

Sifat Pelayanan Gerontik :

a) Independen

b) Interdependen

c) Humanistik

d) Holistik

(http://ferryefendi.blogspot.com/2007/11/keperawatan-gerontik.html)

4.B. Faktor – faktor yang berpengaruh dan yang menjadi pencetus terjadinya depresi pada Lansia.

Stuart & Sundeen ( 1999 : 260 – 262 ), mengatakan bahwa pencetus depresi adalah sebagai berikut :

a) Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri.

b) Peristiwa besar dalam kehidupan, dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.

c) Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi, terutama pada wanita.

d) Perubahan fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik, seperti : infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan gangguan dalam perasaan.

Sedangkan terjadinya depresi menurut (Martina Wiwie S. Nasrun, 2000) pada lanjut usia selalu merupakan interaksi faktor biologik, psikologik dan sosial.

a) Faktor sosial adalah berkurangnya interaksi sosial, kesepian, berkabung, dan kemiskinan dapat mencetuskan depresi. Berbagai peristiwa kehidupan seperti kematian pasangan, problem keuangan yang berat, pindah rumah, peringatan peristiwa sedih, anak yang cacat menanjak dewasa, dsbnya lebih sering terjadi pada pasien – pasien usia lanjut dengan depresi dibandingkan dengan usia lanjut yang sehat.

b) Faktor psikologik yang berperan dalam timbulnya depresi adalah rasa rendah diri/kurang percaya diri, kurang rasa keakraban (dukungan sosial yang buruk), dan ketidakberdayaan karena menderita penyakit kronis. Merawat orang berusia lanjut dengan penyakit kronik dapat menimbulkan depresi. Prevalensi depresi pada orang yang merawat pasangannya yang menderita Alzheimer dilaporkan sebanyak 50%.

c) Faktor bilogik, usia lanjut yang mengalami kehilangan dan kerusakan banyak sel – sel saraf maupun zat neurotransmiter, risiko genetik maupun adanya penyakit tertentu (kanker, diabetes, post stroke, dll) memudahkan terjadinya gangguan depresi. Kepribadian pasien sebelum sakit turut berperan dalam manifestasi gejala depresi, misalnya orang yang pencemas semasa mudanya ketika mengalami depresi di usia lanjut memperlihatkan gambaran depresi neurotik yang menyolok.

5.A. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan Lansia

a) Penurunan Kondisi Fisik

Setelah seseorang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis (multiple pathology) misalnya tenaga berkurang, energi, menurun, kulit menjadi keriput, gigi dan tulang mulai rapuh, hal ini semua dapat menimbulkan gangguan/kelainan fungsi, psikologis, maupun sosial, yang menimbulkan gangguan/kelainan fungsi fisik, psikologis, maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. (Kuntjoro, http: //www.e-psikologi.com/usia/160402.html )

b) Penurunan Fungsi dan Potensial Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia seringkali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti gangguan jantung, gangguan metabolisme, vaginitis, pasca operasi, nafsu makan menurun, selain itu faktor psikologis seperti rasa malu bila memepertahankan kehidupan seksual pada lansia, kelelahan/kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya, pasangan hidup telah meninggal dunia, cemas, depresi dan mudah lupa (pikun). (Kuntjoro, http: //www.e-psikologi.com/usia/160402.html )

c) Perubahan Aspek Psikososial

Perubahan aspek psikologis diakibatkan karena adanya penurunan fungsi kognitif dan psimotor yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Fungsi kognitif meliputi : proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian, sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi lebih lambat. Fungsi psikomotor meliputi : gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. (Kuntjoro, http: //www.e-psikologi.com/usia/160402.html )

Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan perubahan psikologis.

Masing – masing individu, muda, setengah baya, atau tua, adalah unik dan memiliki pengalaman melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan, dan melalui banyak peristiwa. Selama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk menggambarkan bagaimana perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat mempengaruhi reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut proses ”penuaan yang sukses”. Contoh dari teori –teori ini termasuk teori kepribadian

(Sumber : Stanley Mickey, 2006)

Nugroho, W ( 2000 : 29 ), mengatakan bahwa perubahan-perubahan psikososial yang terjadi yaitu :

1) Pensiunan

Nilai seseorang sering diatur oleh produktifitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiunan akan mengalami kehilangan :

(1) Finansial (pendapatan berkurang)

(2) Status

(3) Teman atau relasi

(4) Pekerjaan atau kegiatan

2) Merasakan atau sadar akan kematian

3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu : memasuki rumah perawatan

4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan, meningkatkan biaya hidup dan pengobatan

5) Penyakit kronis dan ketidakmampuan

6) Gangguan syaraf panca indera, misal : terjadinya kebutaan dan ketulian

7) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan

8) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman-temannya/family

9) Hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik: perubahan terhadap gambaran diri, konsep diri

d) Perubahan yang Berkaitan dengan Pekerjaan

Perubahan ini diawali ketika masa pensiunan, karena pensiunan dapat diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri sehingga lansia dapat menganggap bahwa diirnya menjadi tidak berguna. (Kuntjoro, http: //www.e-psikologi.com/usia/160402.html )

Ada beberapa kondisi yang membatasi kesempatan kerja bagi pekerja lanjut usia ( Hurlock, 1994) : (1) Wajib Pensiun, pemerintah dan sebagian besar industri/perusahaan mewajibkan pekerja pada usia tertentu untuk pensiun. Mereka tidak mau lagi merekrut pekerja yang mendekati usia wajib pensiun, karena waktu, tenaga dan biaya untuk melatih mereka sebelum bekerja relatif mahal. (2) Jika personalia perusahaan dijabat orang yang lebih muda, maka para lanjut usia sulit mendapatkan pekerjaan. (3) Sikap sosial . Kepercayaan bahwa pekerja yang sudah tua mudah kena kecelakaan, karena kerja lamban, perlu dilatih agar menggunakan teknik-teknik modern merupakan penghalang utama bagi perusahaan untuk mempekerjakan orang lanjut usia. (4) Fluktuasi dalam Daur Usaha. Jika kondisi usaha suram maka lanjut usia yang pertama kali harus diberhentikan dan kemudian digantikan orang yang lebih muda apabila kondisi usaha sudah membaik.

e) Perubahan dalam Peran Sosial di Masyarakat

Adanya perubahan dalam fungsi indera yang semakin menurun seperti, pendengaran, penglihatan, gerak fisik, dll. Hal ini sebaiknya dicegah selalu mengajak mereka melakukan aktivitas selama lansia itu masih sanggup, karena jika keterangan terjadi, maka dapat memunculkan perilaku regresi seperti : mudah menangis, mengurung diri/menarik diri, mengumpulkan barang-barang tidak berguna, dsb. (Kuntjoro, http: //www.e-psikologi.com/usia/160402.html )

Berdasarkan teori aktivitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan interaksiyang penuh arti dengan orang lain dan kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut. Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup. Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan utuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia. (Sumber : Stanley Mickey, 2006)

6.A. Tipe – tipe lansia :

a) Tipe Konstruktif

Lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, mempunyai toleransi yang tinggi, humoristik, fleksibel, dan tahu diri. Biasanya, sifat ini terlihat sejak muda. Mereka dengan tengan menghadapi proses menua dan menghadapi akhir.

b) Tipe Mandiri

Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.

c) Tipe Tergantung

Lanjut usia ini masih dapat diterima ditengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan bila bertindak yang tidak praktis. Ia senang pensiun, tidak suka bekerja keras. Dan senang berlibur, banyak makan, dan banyak minum.

d) Tipe Bermusuhan

Lanjut usia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga. Biasanya, pekerjaan saat ia muda tidak stabil. Menganggap menjadi tua itu bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang mengadu untung pekerjaan, aktif menghindari masa yang buruk.

e) Tipe Kritik Diri

Lanjut usia ini bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi, mengalami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri. Lanjut usia tidak hanya mengalami kemarahan, tetapi juga depresi, memandang lanjut usia sebagai tidak berguna karena masa yang tidak menarik. Biasanya, perkawinan tidak bahagia, merasa menjadi korban keadaan, membenci diri sendiri, dan ingin cepat mati.

(Sumber : Wahjudi Nugroho, 2008).

7.A. Indeks ADL BARTHEL (BAI)

Indeks Barthel digunakan untuk mengkaji kemampuan pasien merawat diri mereka sendiri, namun pokok – pokoknya ditekankan untuk jumlah bantuan fisik yang akan diperlukan bila pasien tak mampu melakukan fungsi yang diberikan.

Tabel 2.1 Indeks ADL’s Barthel (BAI)

NO

FUNGSI

SKOR

KETERANGAN

1

Mengendalikan rangsang pembuangan tinja

0

1

2

Tak terkendali / tak teratur (perlu pencahar).

Kadang-kadang tak terkendali (1x seminggu).

Terkendali teratur.

2

Mengendalikan rangsang berkemih

0

1

2

Tak terkendali atau pakai kateter

Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/24 jam)

Mandiri

3

Membersihkan diri (seka muka, sisir rambut, sikat gigi)

0

1

Butuh pertolongan orang lain

Mandiri

4

Penggunaan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan, menyiram)

0

1

2

Tergantung pertolongan orang lain

Perlu pertolonganpada beberapa kegiatan tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang lain.

Mandiri

5

Makan

0

1

2

Tidak mampu

Perlu ditolong memotong makanan

Mandiri

6

Berubah sikap dari berbaring ke duduk

0

1

2

3

Tidak mampu

Perlu banyak bantuan untuk bias duduk

Bantuan minimal 1 orang.

Mandiri

7

Berpindah/ berjalan

0

1

2

3

Tidak mampu

Bisa (pindah) dengan kursi roda.

Berjalan dengan bantuan 1 orang.

Mandiri

8

Memakai baju

0

1

2

Tergantung orang lain

Sebagian dibantu (mis: memakai baju)

Mandiri.

9

Naik turun tangga

0

1

2

Tidak mampu

Butuh pertolongan

Mandiri

10

Mandi

0

1

Tergantung orang lain

Mandiri










TOTAL SKOR BAI :
1) 20 : Mandiri
2) 12 -19 : Ketergantungan ringan
3) 9 - 11 : Ketergantungan sedang
4) 5 - 8 : Ketergantungan berat
5) 0 - 4 : Ketergantungan total

7.B. Geriatri Depression Scale ( GDS )

Joseph J. Gallo ( 1998 : 81 ), mengatakan bahwa salah satu langkah awal yang penting dalam penatalaksanaan depresi adalah mendeteksi atau mengidentifikasi. Salah satu instrumen yang dapat membantu adalah GDS (Geriatri Depression Scale). Skala depresi geriatri (GDS) adalah suatu kuesioner, terdiri dari 30 pertanyaan yang harus dijawab. GDS ini dapat dimampatkan menjadi hanya 15 pertanyaan yang harus dijawab. Sederhana saja, hanya dengan “YA atau TIDAK”, suatu bentuk penyederhanaan dari skala yang mempergunakan lima rangkai respon kategori. Kuesioner ini mendapatkan angka dengan memberi satu pokok untuk masing – masing jawaban yang cocok dengan apa yang ada dalam sintesa di belakang pertanyaan tertulis tersebut. Angka akhir antara 10 sampai 11, biasanya dipergunakan sebagai suatu tanda awal untuk memisahkan pasien tersebut masuk ke dalam kelompok depresi atau kelompok non depresi.

Geriatri Depression Scale ( GDS ) tersebut terpilah dari 100 pertanyaan yang dirasakan berhubungan dengan ketujuh karakteristik depresi pada kehidupan lansia. Secara khusus 100 pertanyaan tersebut dikelompokkan secara apriori ke dalam beberapa sisi yaitu :

1) Kekuatiran somatis

2) Penurunan afek

3) Gangguan kognitif

4) Kurangnya orientasi terhadap masa yang akan datang

5) Kurangnya harga diri

Menurut Joseph J. Gallo ( 1998 : 85 ), secara umum terdapat 15 pertanyaan yang harus diajukan pada lansia dalam instrumen Geriatri Depression Scale (GDS) adalah sebagai berikut :

1) Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ?

2) Apakah anda telah banyak menghentikan aktivitas dan minat – minat anda ?

3) Apakah anda merasa kehidupan anda kosong ?

4) Apakah anda sering merasa hidup anda bosan ?

5) Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat ?

6) Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan akan terjadi pada anda ?

7) Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda ?

8) Apakah anda sering merasa tidak berdaya ?

9) Apakah anda lebih senang tinggal di rumah dari pada pergi ke luar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru ?

10) Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingatan anda di bandingkan kebanyakan orang ?

11) Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan ?

12) Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini ?

13) Apakah anda merasa penuh semangat ?

14) Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan ?

15) Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari pada anda ?

Menurut JA Yesavage dan TL Brink yang dikutip Josep J. Gallo ( 1998 : 85 ), penentuan skornya adalah :

1. Skor 20 – 40 : Tidak ada depresi

2. Skor 41 – 60 : Depresi ringan

3. Skor 61 – 80 : Depresi sedang

4. Skor 81 - 100 : Depresi berat

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddart. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Darmodjo, Budhi. (2000). Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ). Jakarta : EGC

Gallo, J. Josep. (1998). Buku Saku Gerontology. Jakarta : EGC

Lumbantobing.(2001). Neurogeriatri. Jakarta : EGC

Mickey, Stanley. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC

Setiati, Siti. (2000). Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan.. Jakarta : FKUI

(http://ferryefendi.blogspot.com/2007/11/keperawatan-gerontik.html)

(Kuntjoro, http: //www.e-psikologi.com/usia/160402.html )

2 komentar:

boleh dikopi yaaaa......jarang2 ada yg buat ttg geriatri sebegini detailnyaaa....makasih yaaa

sama sama,,,,, sebisanya sesama manusiakan harus saling bantu....

Posting Komentar