Karakteristik
Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah;
1. Belajar bersama dengan teman,
2. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman,
3. Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok,
4. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok,
5. Belajar dalam kelompok kecil,
6. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat,
7. Keputusan tergantung pada mahasiswa sendiri,
8. Mahasiswa aktif (Stahl, 1994).
Senada dengan ciri-ciri tersebut, Johnson dan Johnson (1984) serta Hilke (1990) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah;
1. Terdapat saling ketergantungan yang positif di antar anggota kelompok,
2. Dapat dipertanggungjawabkan secara individu,
3. Heterogen,
4. Berbagi kepemimpinan,
5. Berbagi tanggung jawab,
6. Menekankan pada tugas dan kebersamaan,
7. Membentuk keterampilan sosial,
8. Peran guru/dosen mengamati proses belajar mahasiswa,
9. Efektivitas belajar tergantung pada kelompok.
Proses belajar terjadi dalam kelompok-kelompok kecil (3-4 orang anggota), bersifat
heterogen tanpa memperhatikan perbedaan kemampuan akademik, jender, suku, maupun lainnya.
Teknik belajar mengajar Cooperative Learning
1. Mencari Pasangan
Tehnik belajar mengajar mencari pasangan (make a match) dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Keunggulan dari tehnik ini adalah siswa menncari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam susunan yang menyenangkan. Tehnik ini biasa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Caranya:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang beriei beberapa konsep atau topic yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian)
2) Setiap sisiwa mendapatkan sebuah kartu.
3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Missal pemegang kartu A akan berpasangan dengan kartu B. atau pemegang kartu C akan berpasangan dengan kartu E.
4) Siswa bias juga bergabung dengan dua atau tiga sisiwa lain yang memegang kartu yang cocok. Missal pemegang kartu 3+4 akan bergabung dengan kelompok 4x3 dab 6x2
2. Bertukar Pasangan
Tehnik belajar mengajar bertukar pasangan member siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Tehnik ini bias digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Caranya:
1) Setiap siswa mendapatkan satu pasangan
2) Guru memberikan tugas kepada siswa dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3) Setelah selesai satu pasangan bergabung dengan pasngan yang lain.
4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing- masing pasangan yang baru ini kemudian saling menanyakan dan saling menguatkan atau mengukuhkan jawaban mereka.
5) Temuan baru yang di dapatkan dari pertukaran pasangan tersebut dibagikan lagi kepada pasangan semula.
3. Berfikir- Berpasangan- Berempat
Teknik belajar mengajar berfikir-Berpasangan-Berempat dikembangkan oleh Frank Lyman (Think-Pair-Share ) dan spancer kagan (Think-Pair-Sguare) sebagai struktur kegiatan pembelajaran cooperative learning. Teknik ini memberikan kebebasan siswa dalam belajar sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkininkan hanya satu siswa yang maju dan membagi hasilnya untuk seluruh kelas, teknik-berpasangan-berempat ini member kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada semua siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Tehnik ini bias digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Bagaimana caranya:
1) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.
2) Setiap siswa berfikir dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.
3) Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.
4) Kedua pasangan bertemu kembali dengan kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya dengan kelompok berempat.
4. Berkirim salam dan soal
Teknik belajar mengajar berkirim salam dan soal memberi siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan ketrampilan mereka. Siswa mwembuat pertanyaan sendiri sehingga siswa lebih terdorong belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman sekelasnya. Kegiatan berkirim salam dan soal sangat cocok diterapkan pada saat menjelang ujian dan tes. Tehnik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Bagaimana caranya:
1) Guru membagi kedalam kelompok berempat dan setiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih soal soal yang cocok.
2) Kemudian tiap tiap kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya.
3) Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.
4) Setelah selesai di kerjakan, kemudian di cocokkan hasilnya dengan kelompok yang membuat soal.
5. Kepala bernomor
Teknik pembelajaran kepala bernomor (Numbered Heard) dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide ide dan mempertinbangkan jawaban yang paling tepat selain itu, teknik ini juga bisa mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.
Caranya :
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok mendapatkan nomor.
2) Guru memberikan tugas pada masing- masing kelompok mengerjakan.
3) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap jawaban yang paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
4) Guru memanggil salah satu nomor, siswa dengan nomor yang di panggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
6. Kepala Bernomor Terstruktur
Penilis menggambarkan teknik ini adalah modifikasi dari kepala nomor yang dipakai oleh Spancer Kagan. Teknik ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterakaitan dalam rekan – rekan kelompoknya. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.
Caranya:
1) Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam kelompok di beri nomor.
2) Penugasan diberikan kepada setiap siswa merdesarkan nomor yang di perolehnya.
3) Jika perlu guru juga bisa mengadakan kerja sama antar kelompok. Siswa bisa seluruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini, siswa- siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja mereka.
7. Dua Tinggal Dua Tamu.
Teknik belajar dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stay) di kembangkan oleh Spacer Kagan (1992) dan bisa digunakan dengan teknik kepala bernomor. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.
Struktur dua tnggal dua tamu memberikan kepada semua kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarai dengan kegiatan – kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbilehkan melihat pekerjaan temannya. Padahal kegiatan dalam kenyataan hidup diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung dari manusia satu dengan manusia yang lainnya. Cristophorus Colombus tidak akan menemukan benua Amerika jika tidak tergerak oleh penemuan Galilio Galilei yang menemukan bumi itu bulat. Einstein pun mendasarkan teori- teorinya pada teori newton.
Caranya :
1) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
2) Setelah selesai, dua orang dari masing- masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing – masing bertemu dengan ke dua kelompok lain.
3) Dua orang orang yang di tinggalkan dalam kelompok bertugas memberikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompoknya sendiri dan melaprkan temuan merka dari kelompok lain.
5) Kelompok mencokkan dan membahas hasil- hasil kerja mereka.
8. Keliling Kelompok
Teknik Belajar mengajar Keliling Kelompok bias digunakan dalam semua mata pelajran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Dalam kegiatan Keliling Kelompok, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan unutk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Cara penerapan pembelajaran ini adalah sebagai berikut;
1. Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
2. Siswa berikutnya juga memberikan kontribusinya
3. Demikian seterusnya. Giliran bicara bias dilaksanakan menurut arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.
9. Kancing Gemerincing
Teknik belajar Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini bias digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesemptan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya. Keunggulan lainnya dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, juga ada anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bias tidak tercapai karena anggota yang pasif akan menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Cara penerapan kancing Gemerincing yaitu ;
1. Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing ataupun benda yang lain
2. Sebelum memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan duua atau tiga buah kancing (jumlah kancing sesuai dengan sukar tidaknya tugas yang diberiikan)
3. Setiap kali siswa berbicara dia harus meletakkan kancingnya di tengah meja
4. Jika kancing yang dimilki seorang siswa habis mmaka dia tidak boleh mengeluarkan pendapat lagi
5. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.
10. Keliling Kelas
Dalam kegiatan Keliling Kelas, masing-masing kelompok mendapatkan kesempatan untuk memamerkan hasil kerja mereka dan melihat hasil kerja kelompok lain. Cara penerapan Keliling Kelas adalah sebagai berikut;
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok seperti biasa
2. Setelah selesai, masing-masing kelompok memamerkan hasil kerja mereka. Hasil-hasil ini dipajang di beberapa bagian kelas jika berupa poster atau gambar-gambar
3. Masing-masing kelompok berjalan keliling kelas dan mengamati hasil kerja kelompok lain
11. Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
Teknik mengajar Lingkaran Kecil Lingkaran Besar dikembangkan oleh Spencer Kagan untukmemberikan kesempatan pada siswa agar saling membagi informasi pada saat yang bersamaan. Keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untukberbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
12. Tari Bambu
Teknik belajar Tari Bambu merupakan pengembangan dari teknik Lingkaran Kecil Lingkaran Besar. Teknik ini diberi nama Rari Bambu karena siswa belajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam tari bamboo Fillipina yang juga popular di beberapa wilayah Indonesia. Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur
13. Jigsaw
Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al. sebagai metode cooperative learning. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan schemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan schemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesame siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
14. Bercerita Berpasangan
Teknik mengajar Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling) dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, memperhatikan schemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan schemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa diransang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Hasil-hasil pemikiran akan dihargai sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar.
Prinsip Dasar
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif, konstruktivistik, dan kooperatif.
Kompetensi
Kompetensi yang dapat dicapai melalui model pembelajaran kooperatif disamping;
1) Pemahaman terhadap nilai, konsep atau masalah-masalah yang berhubungan dengan disiplin ilmu tertentu, serta
2) Kemampuan menerapkan konsep/memecahkan masalah, dan
3) Kemampuan menghasilkan sesuatu secara bersama-sama berdasarkan pemahaman terhadap materi yang menjadi obyek kajiannya, juga dapat dikembangkan
4) Softskills kemampuan berfikir kritis, berkomunikasi, bertanggung jawab, serta bekerja sama. Tentu saja kemampuan-kemampuan tersebut hanya mungkin terbentuk jika kesempatan untuk menghayati berbagai kemampuan tersebut disediakan secara memadai, dalam arti, model pembelajaran kooperatif diterapkan secara benar dan memadai.
Materi
Materi yang sesuai disajikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah materi-materi yang menuntut pemahaman tinggi terhadap nilai, konsep, atau prinsip, serta masalah-masalah aktual yang terjadi di masyarakat. Materi ketrampilan untuk menerapkan suatu konsep atau prinsip dalam kehidupan nyata juga dapat diberikan. Materi dapat berasal dari berbagai bidang studi, seperti bahasa, masalah-masalah sosial ekonomi, masalah kehidupan bermasyarakat, peristiwa-peristiwa alam, serta ketrampilan dan masalah-masalah lainnya.
Prosedur Pembelajaran
Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah, yaitu; orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan. Setiap langkah dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para dosen dengan berpegang pada hakekat setiap langkah sebagai berikut:
1. Orientasi
Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimanastrategi pembelajarannya. Guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh siswa, serta sistem penilaiannya. Pada langkah ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan hasil akhir yang diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi dapat terjadi antara guru dan siswa, namun pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan bersama.
2. Kerja kelompok
Pada tahap ini mahasiswa melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan memecahkan masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berdiskusi, melakukan ekslporasi, observasi, percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainya. Waktu untuk bekerja kelompok disesuaikan dengan luasdan dalamnya materi yang harus dikerjakan. Kegiatan yang memerlukan waktu lama dapat dilakukan di luar jam pelajaran, sedangkan kegiatan yang memerlukan sedikit waktu dapat dilakukan pada jam pelajaran. Agar kegiatan kelompok terarah, perlu diberikan panduan singkat sebagai pedoman kegiatan. Sebaiknya panduan ini disiapkan oleh guru. Panduan harus memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok, serta hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai. Misalnya, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan media tepatguna dalam pembelajaran. Untuk itu, siswa secara bersama-sama perlu berdiskusi, melakukan analisis terhadap komponen-komponen pembelajaran seperti; kompetensi apa yang diharapkan dicapai oleh peserta didik, materi apa yang dipelajari, strategi pembelajaran yang digunakan, serta bentuk evaluasinya. siswa juga melakukan eksplorasi untuk mengembangkan media tepatguna. Eksplorasi dapat dilakukan secara individual atau kelompok sesuai kesepakatan. Hasil eksplorasi dibahas dalam kelompok untuk menghasilkan media-media pembelajaran tepatguna yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan dinamisator bagi masing-masing kelompok, dengan cara melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar siswa, mengarahkan ketrampilan kerjasama, dan memberikan bantuan pada saat diperlukan.
3. Tes/Kuis
Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah mampu memahami konsep/topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-masing siswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep/topik/ masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif dan ketrampilan. Misalnya, bagaimana melakukan analisis pembelajaran? Mengapa perlu melakukan analisis pembelajaran sebelum mengembangkan media? siswa dapat juga diminta membuat prototype media tepatguna yang memiliki tingkat interaktif tinggi dalam pembelajaran, dsb.
4. Penghargaan kelompok
Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu. Kenaikan skor dihitung dari selisih antara skor dasar dengan sekor tes individual. Menghitung skor yang didapat masing-masing kelompok dengan cara menjumlahkan skor yang didapat siswa di dalam kelompok tersebut kemudian dihitung rata-ratanya. Selanjutnya berdasarkan skor rata-rata tersebut ditentukan penghargaan masing-masing kelompok. Misalnya, bagi kelompok yang mendapat rata-rata kenaikan skor sampai dengan 15 mendapat penghargaan sebagai “Good Team”. Kenaikan skor lebih dari 15 hingga 20 mendapat penghargaan “Great Team”. Sedangkan kenaikan skor lebih dari 20 sampai 30 mendapat penghargaan sebagai “Super Team”. Anggota kelompok pada periode tertentu dapat diputar, sehingga dalam satu satuan waktu pembelajaran anggota kelompok dapat diputar 2-3 kali putaran. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan dinamika kelompok di antara anggota kelompok dalam kelompok tersebut. Di akhir tatap muka dosen memberikan kesimpulan terhadap materi yang telah dibahas pada pertemuan itu, sehingga terdapat kesamaan pada semua siswa.
Evaluasi
Evaluasi belajar dilakukan pada awal pelajaran sebagai prates, selama pembelajaran, serta hasil akhir belajar mahasiswa baik individu maupun kelompok. Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap, ketrampilan dan kemampuan berpikir serta berkomunikasi siswa. Kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan logis dalam memberikan pandangan atau argumentasi, kemauan untuk bekerja sama dan memikul tanggung jawab bersama, merupakan contoh aspek-aspek yang dapat dinilai selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan prosedur evaluasi:
1) Penilaian individu adalah evaluasi terhadap tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dikaji, meliputi ranah kognitif, afektif, dan ketrampilan.
2) Penilaian kelompok meliputi berbagai indikator keberhasilan kelompok seperti, kekohesifan, pengambilan keputusan, kerjasama, dsb.
Kriteria penilaian dapat disepakati bersama pada waktu orientasi. Kriteria ini diperlukan sebagai pedoman guru dan mahasiswa dalam upaya mencapai keberhasilam belajar, apakah sudah sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.
0 komentar:
Posting Komentar