Sabtu, 16 Oktober 2010

LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

KATARAK
1. DEFINISI
• Katarak adalah keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998)
• Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
• Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua- duanya.Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.(kapita selekta. jilid satu.2001)


2. ETIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
1. Faktor keturunan.
2. Cacat bawaan sejak lahir.
3. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
4. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
5. gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
6. gangguan pertumbuhan,
7. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
8. Rokok dan Alkohol
9. Operasi mata sebelumnya.
10. Trauma (kecelakaan) pada mata.
11. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.

3. KLASIFIKASI
1. Katarak primer
Katarak primer, menurut umur ada tiga golognan yaitu :
1) Katark juvenilis (umur <20 tahun ),
2) Katarak presenilis (umur sampai 50tahun)
3) katarak senilis (umur sampai 50tahun )
Katarak primer dibagi menjadi 4stadium :
1. Stadium Insipien
• Stadium paling dini
• Kekeruhan lensa terdapat pada bagian perifer berbentuk bercak-bercak yang tidak teratur
• Pasien mengeluh gangguan penglihatan melihat ganda dengan satu mata
• Tajam penglihatan belum terganggu
• Proses degenerasi belum menyerap cairan mata yang kedalam lensa sehingga terlihat bilik mata depan yang kedalaman normal.

2. Stadium Imatur
• Proses degenerasi mulai menyerap cairan mata kedalam lensa sehingga lensa
• Menjadi cembung.
• Terjadi pembengkakan lensa yang dapat menjadi katarak intumesen.
• Terjadi miopisasi
• Dapat terjadi glaucoma sekunder
• Shadow test positif

3. Stadium Matur
• Terjadi kekeruhan seluruh lensa
• Tekanan dalam seimbang dengan cairan dalam mata dengan ukuran lensa normal
• Kembali.
• Tajam penglihatan sangat menurun dan hanya tinggal proyeksi sinar positif
• Di pupil tampak lensa seperti mutiara

4. Stadium Hypermatur
• Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nucleus lensa turun karena daya beratnya.
• Melalui pupil, nucleus terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian bawah dengan warna berbeda dari atasnya yaitu kecoklatan
• Terjadi kerusakan kapsul lensa yang menjadi lebih permeabel dsehingga isi korteks dapat keluar dan lensa menjadi kempis yang dibawahnya terdapat nucleus lensa (Katarak Morgagni)

2. Katarak Komplikata
Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari penyakir lain. Penyebab katarak jenis ini adalah :
• Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa glaucoma, ablasio retinayang sudah lama, uveitis, myopia maligna.
• Penyakit sistemik, Diabetes Mellitus, hipoparatiroid, sindrom down, dermatitis atopik.
• Trauma, trauma tumpul, pukulan, benda asing di dalam mata, terpajan panas yang berlebihan, sinar –X, radioaktif, terpajan sinar matahari, toksik kimia.

3. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, galaktosemia. Ada pula yang menyertai kelainan bawaan pada mata itu sendiri seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma , ektopia lentis, keratokonus, megalokornea, heterokornea iris. Kekeruhan dapat dijumpai dalam bentuk arteri hialoidea yang persisten, katarak polaris anterior-posterior, katarak aksialis, katarak zonularis, katarak stelata, katarak totalis dan katarak congenital membranasea.

4. TANDA DAN GEJALA
5. Pengelihatan tidak jelas seperti ada kabut menghalangi obyek.
6. Peka terhadap sinar
7. Kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat / merasa di ruang gelap.
8. Tampak kecoklatan/ putih susu pada pupil
9. Penglihatan ganda saat melihat satu benda dengan satu mata, Gejala ini terjadi saat katarak bertambah luas.


10. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yan mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya traansparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

11. MANISFESTASI KLINIS
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menja di negatif (-).
Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis

12. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM.

13. PENATALAKSANAAN
Intervensi bedah
Indikasi operasi katarak
1. Pada bayi (<1tahun) jika fundus tidak terlihat
2. Pada usia lanjut
Indikasi Klinis : jika timbul komplikasi glaucoma / uveitis
Indikasi Visual : katarak matur dengan visus 1/300 atau 1/~dengan catatan LP bik segala arah.
Indikasi Sosial : pekerjaan

Jenis pembedahan katarak :
1. Extracapsular Cataract Extractive (ECCE)
Korteks dan nucleus diangkat kapsul posterior di tinggalkan untuk mencegah prolapsvitreus untuk melindungi retina dari sinar ultravioler dan memberikan sokongan untuk implantasi lensa mata intra okuler.

2. Intracapsular Cataract Extractive (ICCE)
Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya.
14. PENGOBATAN KATARAK
Salah satu cara pengobatan katarak adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi infeksi.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi glaukoma dan uveitis.Tekhnik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular, dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder. Dengan tekhnik ekstraksi katarak intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karena seluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan, dapat dilakukan pada yang matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang masih memiliki zonula zinn. Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil, dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.

15. PERAWATAN PRE OPERASI
A. Fungsi retina harus baik yang diperiksa dengan terproyeksi sinar.
B. Tidak boleh ada infeksi pada mata/ jaringan sekitar.
C. Tidak ada glaucoma.
D. Periksa visus.
E. Keadaan umum harus baik, tidak ada Hipertensi, Diabetes Mellitus (GDA 150mg/dl).
F. 2-3 hari sebelum opreso mata ditetesi homatropin 3x1 tetes.
G. Sore hari bulu mata dicukur.
H. Beri salep antibiotic.
I. Anjurkan mandi dan keramas sebelum operasi.
J. Kirim ke kamar operasi dengan pakaian operasi.
K. Premedikasi di kamar operasi.
L. Injeksi luminal di mata ditetesi pantokain tiap menit selama 5menit.
M. Asetazolamid / metazolamid untuk menurunkan TIO.
N. Obat – obat simpatomimetik, misalnya fenilefrin untuk vasokontriksi dan midriasis.
O. Parasimpatolitik untuk menyebabkan paralysis dan menyebabkan otot siliaris tidak dapat menggerakkan lensa.

16. PERAWATAN PASCA OPERASI
Pasca operasi boleh minum saja, 2jam berikutnya makan makanan lunak, 6jam pascaoperasi kepala baru boleh bergerak dan tidur miring kearah mata yang tidak dioperasi. Lakukan kompres dingin jika mata gatal, batasi klien untuk batuk, mengejan , membungkuk , bersin, mengangkat benda berat lebih dari 7,5 kg dan tidur pada posisi operatif.

Lakukan observasi yaitu :
1. Peningkatan TIOditandai dengan nyeri parah, mual dan muntah
2. Infeksi
3. Perdarahan ruang mata anterior
4. Terbentuknya membran sekunder atau katarak sekunder
5. Retinal detachment, ditandi dengan tampaknya titik hitam, peningkatan jumlah floaters atau sinar kilat dan hilangnya sebagian / seluruh lapang pandang.

Kacamata (aphakic spectacles)
Setelah ekstraksi katarak, mata klien tidak mempunyai lensa yang disebut afakia.Keadaan ini harus dikoreksi dengan lensa sefris (+) 10D supaya dapat melihat jauh. Koreksi ini harus diberikan 3bulan pasca operasi sebab sebelum 3 bulan keadaan refraksi masih berubah – ubah, karena keadaan luka belum tenang dan astigmatismenya tidak tetap.


Lensa kontak
Keuntungan pilihan ini adalah ukuran bayangan hanya 7% lebih besar dari pada ukuran normal, sehingga kedua mata berfungsi bersama. Lapang pandang tidak berubah/ konstriksi. Kerugiannya dapat terjadi lakrimasi, risiko tinggi komplikasi, kemungkinan penolakan lensa dan biaya mahal.



17. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a) Aktifitas Istirahat
Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b) Neurosensori
c) Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma akut ).
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata.
d). Nyeri / Kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala

18. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan sensori perceptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan pada lensa mata.
Defenisi :
Batasan karasteristik :
Batasan mayor :
Batasan minor :

2. Resiko cedera yang berhubungan dengan komplikasi pascaoperasi seperti pendarahan, dan peningkatan tekanan intraokuler.
Defenisi :
Batasan karasteristik :
Batasan mayor :
Batasan minor :

3. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan visus, umur atau berada pada lingkungan yang tidak dikenal.
Defenisi :
Batasan karasteristik :
Batasan mayor :
Batasan minor :

4. Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan visual, ketidakmampuan akibat pascaoperasi.
Defenisi :
Batasan karasteristik :
Batasan mayor :
Batasan minor :

5. Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan terbatasnya informasi atau kesalahan interpretasi yang sudah di dapat sebelumnya.
Defenisi :
Batasan karasteristik :
Batasan mayor :
Batasan minor :

1 komentar:

Terima kasih atas informasinya. Sangat bermanfaat.

Posting Komentar