Sabtu, 16 Oktober 2010

LAPORAN PENDAHULUAN MENINGITIS

LAPORAN PENDAHULUAN
MENINGITIS
1 Definisi
 Meningitis adalah radang selaput otak (Kamus Kedokteran Hendra T. Laksman )
 Meningitis purulenta adalah radang selaput otak (araknoid dan piameter ) yang menimbulkan eksudasi berupa pus disebabkan oleh kuman nonspesifik dan nonvirus (Perawatan Anak Sakit Ngastiyah, Hal :249 )
 Meningitis tuberkulosa adalah infeksi pada selaput otak yang terjadi akibat komplikasi penyebaran tuberkulosis primer biasanya dari paru (Perawatan Anak Sakit , Ngastiyah, hal : 252 )
 Meningitis bakterial adalah suatu peradangan pada selaput otak ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebro spinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebro spinal ( Kapita Selekta Kedokteran jilid II, hal : 237 )
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
 Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001
2 Etiologi
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan
7. Haemofilis influenza
8. S. pneumonia
9. N.meningitis
10. Stafilo kokus
11. Strepto kokus
3. Faktor pencetus
Otitis Media
Pneumonia
Sinusitis
Sickle cell anemia
Fraktur cranial , trauma otak
Operasi spinal
4. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
a. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
c. Meningitis Bakterial ( Meningitis Sepsis )
Sering terjadi pada musim dingin,saat terjadi saluran pernafasan.Jenis organism yang sering menyebabkan meningitis bacterial adalah streptokokus pneumonia dan neisseria meningitis.Meningococal meningitis adalah tipe dari meningitis bacterial yang sering terjadi pada daerah penduduk yang padat,seperti asrama,penjara.Klien yang mempunyai kondisi seperti otitis media,pneumonia,sinusitis akut atau sickle sell anemia yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadi meningitis.Fraktur tulang tengkorak atau pembedahan spinal dapat juga menyebabkan meningitis.Selain itu juga dapat terjadi pada orang dengan gangguan system imun sperti,AIDS dan defisiensi imunologi baik yang congenital ataupun yang didapat.Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil,monosit,dan limfosit.Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri,fibrin,dan leukosit terbentuk diruangan subarachnoid ini akan terkumpul di cairan otak sehingga dapat menyebabkan peningkatan intracranial ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infrak.
2.Meningitis Virus ( Meningitis aseptic )
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jina dan bisa sembuh sendiri.Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal(misalnya sistenm nasofaring dari saluran cerna) dan kemungkinana menyebar kesistem saraf pusat melalui system vaskuler.Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus seperti campak,mumps,herpes simplek dan herpes zoster.Virus herpes simplek mengganggu metabolism sel sehingga sel cepat mengalami nekrosis.Jenis lainnya juga mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan neurologic.

3.Meningitis Jamur
Meningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi system saraf pusat pada klien dengan AIDS.Gejala klinisnya berfareasi tergantung dari system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi yang ditimbulkan pada klien dengan menurunnya system imun antara lain: bisa demam / tidak,sakit kepala mual,muntah,dan menurunnya status mental
5. Tanda dan gejala
a.Tanda dan gejala secara umum :
1. Aktivitas / istirahat
2. Sirkulasi
3. Eliminasi
4. Makanan
5. Hygiene ; tidak mampu merawat diri
6. Neurosensori;sakit kepala
7. Nyeri / kenyamanan
8. Pernafasan
9. Keamanan
10. Penyuluhan / pembelajaran ; riwayat hipersensitif terhadap obat
b.Tanda dan gejala secara khusus :
1.Anak dan remaja
• Demam
• Menggigil
• Sakit kepala
• Muntah
• Perubahan pada sensori
• Kejang (sering kali menjadi gejala awal)
• Peka rangsang
• Agitasi
• Dapat terjadi : fotophobia (apabila cahaya diarahkan kepada mata pasien (adanya disfungsi pada saraf III,IV, dan V))
2.Bayi dan anak kecil
Gambaran klasik jarang terlihat pada anak-anak usia 3 bulan dan 2 tahun
• Demam
• Muntah
• Peka rangsang yang nyata
• Sering kejang ( sering kali disertai dengan menangis nada tinggi )
• Fontanel menonjol
3.Neonatus
• Tanda-tanda spesifik : secara khusus sulit untuk didiagnosa serta manifestasi tidak jelas dan spesifik tetapi mulai terlihat menyedihkan dan berperilaku buruk dalam beberapa hari,seperti :
• Menolak untuk makan malam
• Kemampuan menghisap menurun
• Muntah dan diare
• Tonus buruk
• Menangis buruk
• Leher biasanya lemas
• Tanda – tanda non spesifik
• Hypothermia atau demam
• Peka rangsang
• Mengantuk
• Kejang
• Ketidakteraturan pernafasan atau dipsnea
• Sianosis
• Penurunan berat badan




5. Patofisiologi
haemofilus influenza

saluran pernapasan atas

perlekatan kuman pd sel epitel mokusa nasofaring

faringitis

kuman menembus rintangan mukosa

memperbanyak diri di dlm darah

kuman masuk cairan serebro spinal

infeksi selaput otak(meningen) & otak


proses inflamasi mengganggu sistem
sistem koordinasi pd
out zat pirogen otak (SSP)
endogen
mempengaruhi produksi cairan
merangsang SSP terjadi gx pd cerebro spinal
sistem tubuh
suhu tubuh meningkat CSS 
pencernaan
gx. keseimbangan TIK 
suhu tubuh muntah, tidak
mau minum
gx kesadaran penekanan pusing
anoreksia syaraf 2
kesadaran  otak gx rasa
gx pemenuhan nyaman
nutrisi produksi sekret  kejang (pusing)

sekret tidak keluar resiko ter
jadi injuri
penumpukan sekret
di jalan nafas

pernafasan resiko terjadi
cheyne stokes aspirasi

Gx. Ketidak efektifan pola nafas


6. Manifestasi Klinis
Tidak ada satupun manifestasi klinis yang patog nomonik untuk maningitis bakterial
a. Maningitis pada bayi baru lahir dan prematur memiliki gambaran klinis yang sangat kabur dan tidak khas demam hanya terjadi pada ½ jumlah kasus. Biasanya pasien tampak lemah dan malas, tidak mau minum, muntah-muntah, kesadaran menurun ubun-ubun besar tegang dan membonjol respirasi tidak teratur kadang disertai icterus jika sepsis
b. Pada bayi umur 3 bulan – 2 tahun terdapat demam, muntah, gelisah, kejangberulang,ubun-ubun tegang dan membonjol
c. Pada anak besar terdapat demam, mengigil, muntah, nyeri kepala, tanda klinis kaku kuduk, tanda brudzinski,dan kernik, dapat juga terjadi penurunan kesadara
(Kapita Selekta kedokteran. Jilid II, hal: 437-438 )

7. Komplikasi
1. Hidrosefalus obstruksif
2. Meningococcal Septicemia ( meningocemia )
3. Syndrome water friderichen ( septi syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral )
4. SIADH ( Syindrome Inapporopiate Antidiuretic Hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan hernia serebral
8. Cerebral piasy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disoerder Ventrikulitis, efusi subdural, gx cairan dan elektrolit, meningitis berulang, abses otak, paresis/ paralisis, hidrosefalus, tuli, retardasi mental, epilepsi .(Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II, hal ; 438).
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Lakukan pungsi lumbal dengan kecurigaan meningitis. Observasi ketat sampai keadaan kembali normal pungsi lumbal dapat diulang kembali setelah 8 jam jika diperlukan. Dengan perjalanan penyakit ada kenaikan bertahap limfosit dansel mononuklear kenaikan protein diatas 75% penurunan kadar glukosa sampai di bawah 20%
b. Pewarnaan gram cairan serebro spinal berguna untuk menentukan terapi awal
c. Kultur dan uji resistensi dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat
• Pemeriksaan cairan cerebrospinal:
Diagnosis pasti meningitis dibuat berdasarkan gejala klinis dan hasil analisa cairan serebrospinal dari pungsi lumbal.
Tabel 1. Interpretasi Analisa Cairan cerebrospinal
Tes Meningitis Bakterial Meningitis Virus Meningitis TBC
Tekanan LP
Warna
Jumlah sel
Jenis sel
Protein
Glukosa Meningkat
Keruh
> 1000/ml
Predominan PMN
Sedikit meningkat
Normal/menurun Biasanya normal
Jernih
< 100/ml
Predominan MN
Normal/meningkat
Biasanya normal Bervariasi
Xanthochromia
Bervariasi
Predominan MN
Meningkat
Rendah

Kontraindikasi fungsi lumbal:
o Infeksi kulit di sekitar daerah tempat pungsi. Oleh karena kontaminasi dari infeksi ini dapat menyebabkan meningitis.
o Dicurigai adanya tumor atau tekanan intrakranial meningkat. Oleh karena pungsi lumbal dapat menyebabkan herniasi serebral atau sereberal.
o Kelainan pembekuan darah.
o Penyakit degeneratif pada join vertebra, karena akan menyulitkan memasukan jarum pada ruang interspinal.
• Pemeriksaan radiologi:
o X-foto dada: untuk mencari kausa meningitis
o CT Scan kepala: dilakukan bila didapatkan tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial dan lateralisasi
• Pemeriksan lain:
o Darah: LED, lekosit, hitung jenis, biakan
o Air kemih: biakan
o Uji tuberkulin
o Biakan cairan lambung
9. Penatalaksanaan
i. Cairan intravena
ii. Koreksi cairan asam basa dalam elektrolit
iii. Atasi kejang ( lihat topik kejang dan demam)
iv. Kortikosteroid, berikan dexametason 0.6 mg/kgBB/hari selama 4 hari 15-20 menit sebelum pemberian antibiotk
v. Antibiotik terdiri dari 2 fase : empirik dan dan setelah ada hasil biarkan dan uji resistensi
Pengobatan empirik pada neonatus kombinasi ampisilin dan amino glikosia / ampisilin dengan sefatoksim, usia 3 bulan- 10 tahun kombinasi ampisilin dengan kloromfenikol / sefotaxim / seftriakson usia > 10 tahun digunakan penisilin
Pengobatan pada neonatus selam 21 hari pada bayi dan anak 10-14 hari .
1. Farmakologis:
a. Obat anti infeksi:
• Meningitis tuberkulosa:
o Isoniazid 10-20 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2 dosis (maksimal 500 mg/hari) selama 1½ tahun
o Rifampicin 10-15 mg/KgBB/hari PO dosis tunggal selama 1 tahun
o Streptomycin sulphate 20-40 mg/KgBB/hari IM dosis tunggal atau dibagi dalam 2 dosis selama 3 bulan
• Meningitis bakterial, umur <2 bulan :
o Cephalosporin Generasi ke 3, atau
o Kombinasi Ampicilin 150-200 mg (400 mg)/KgBB/hari IV dibagi dalam 4-6 kali dosis sehari dan Chloramphenicol 50 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis
• Meningitis bakterial, umur >2 bulan:
o Kombinasi Ampicilin 150-200 mg (400 mg)/KgBB/hari IV dibagi dalam 4-6 kali dosis sehari dan Chloramphenicol 50 mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis, atau
o Sefalosporin Generasi ke 3
o Dexamethasone dosis awal 0,5 mg/KgBB IV dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,5 mg/KgBB IV dibagi dalam 3 dosis, selama 3 hari. Diberikan 30 menit sebelum pemberian antibiotika



b. Pengobatan simptomatis
• Menghentikan kejang:
o Diazepam 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV atau 0,4-0,6 mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA, kemudian dilanjutkan dengan:
o Phenytoin 5 mg/KgBB/hari IV/PO dibagi dalam 3 dosis atau
o Phenobarbital 5-7 mg/Kg/hari IM/PO dibagi dalam 3 dosis
• Menurunkan panas:
o Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10 mg/KgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali sehari
o Kompres air hangat/biasa
c. Pengobatan suportif
o Cairan intravena
o Oksigen. Usahakan agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-50%.
2. Perawatan:
• Pada waktu kejang:
o Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka
o Hisap lendir
o Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi
o Hindarkan penderita dari rudapaksa (misalnya jatuh)
• Bila penderita tidak sadar lama:
o Beri makanan melalui sonde
o Cegah dekubitus dan pnemonia ortostatik dengan merubah posisi penderita sesering mungkin, minimal ke kiri dan ke kanan setiap 6 jam
o Cegah kekeringan kornea dengan boorwater/salep antibiotika
• Bila mengalami inkontinensia urin lakukan pemasangan kateter
• Bila mengalami inkontinensia alvi lakukan lavement
• Pemantauan ketat:
o Tekanan darah
o Pernafasan
o Nadi
o Produksi air kemih
o Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini ada DIC
• Fisioterapi dan rehabilitasi.
10. Diagnosa Keperawatan
1. Poal nafas tidak efektif b/d penunpukan sekret pada jalan nafas akibat penurunan kesadaran
2. Gx keseimbangan suhu tubuh b/d proses inflamasi
3. Gx rasa nyaman (pusing) b/d peningkatan TIK
4. Gx pemenuhan nutrisi b/d penurunan nafsu makan, dan kelemahan otot
5. Resiko terjadi injuri b/d kejang akibat penekanan syaraf otak
6. Resiko terjadi aspirasi b/d penumpukan sekret pada jalan nafas

11. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d penumpukan sekret pada jalan nafas
Tujuan : nafas kembali efektif setelah dlakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam
Kriteria : Respirasi teratur
Tidak terdengar suara nafas tambahan chynes stokes
Intervensi
1. Atur kepala dalam posisi ekstensi
R/ posisi ekstensi dapat mengurangi penekanan pada tenggorokan dan memperlebar jalan nafas
2. Anjurkan pada ibu untuk tidak memakaikan pakaian yang ketat
R/ pakaian ketat dapat menyababkan ekspansi paru tidak maksimal
3. Hisap sekret dari jalan nafas sesuai kebutuhan
R/ pengeluaran sekret dapat mengurangi penyumbatan jalan nafas
4. Anjurkan pada ibu untuk memberikan rasa hangat pada dada dengan kompres hangat
R/ pemberian rasa hangat dapat menimbulakan vaso dilatasi sehingga dapat melonggarkan jalan nafas
5. Bila kx kejang beri spatel lidah pada mulut untuk mencegah lidah jatuh ke belakang
R/ jatuhnya lidah ke belakang dapat menambah obstruksi jalan nafas
6. Observasi TTV
R/ perubahan TTV menunjukkan derajat perkembangan penyakit
7. Kolaborasi dengan tim medis dengan pemberian O2
R/ membantu pemenuhan O2 pada paru-paru
2. Gx keseimbangan suhu tubuh b/d proses imflamasi
Tujuan : suhu yubuh kembali seimbang dalam batas normal setelah dilakukan tindakan 2x24 jam
Kriteria: suhu tubuh dalam batas normal 36-37 C
Intervensi
1. Beri penjelasan pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
R/ kemampuan ibu dan keluarga bertambah sehingga kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan
2. Anjurkan pada ibu untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat
R/ mempermudah proses evaporasi sehingga suhu tubuh dapat mudah turun
3. Beri kompres hangat pada daerag lipat paha dan aksila
R/ terjadi vaso dilatasi mempermudah proses evaporasi dan merangsang hipotalamus untuk menurunkan suhu
4. Usahan beri banyak minum pada klien
R/ mencegah terjadinya dehidrasi akibat hiperhidrosis dan memperlancar sirkulasi
5. Kolaborasi dengan dokter dengan pemberian obat-obatan antibiotik
R/ membunuh kuman akibat demam
Anti piretik
R/ merangsang pusat saraf pengatur suhu untuk menurunkan suhu tubuh
3. Gx rasa nyaman ( pusing ) b/d peningkatan TIK
Tujuan : pusing berkurang sampai dengan hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam
Kriteria :
Ekspresi wajah rileks
Tidak memegangi daerah kepala/ yang nyeri
Kx tidak mengeluh pusing
Intervensi
1. Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK
R/ jaringan serebral dipengaruhi oleh defisiensi aliran suplai darah yang disebabkan edema serebral
2. Kaji terhadap perubahan tanda vital
R/ perubahan tanda vital ini dapat menunjukkan peningkatan TIK
3. Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 derajat, hindari merubah posisi yang cepat
R/ agak meninggikan kepala dapat membantu drainase vena untuk mengurangi kongesti serebrovaskuler
4. Pertahankan lingkungan tenang, sunyi, & pencahayaan yang redup
R/ tindakan ini meningkatkan istirahat dan menurunkan rangsangan, membantu menurunkan TIK
5. Konsul dengan dokter untuk mendapatkan pelunak feses bila diperlukan
R/ pelunak feses mencegah konstipasi dan mengejan, yang menyebabkan manuver valsava.

0 komentar:

Posting Komentar