Sabtu, 03 Juli 2010

kisah pedagang lalapan di sekitaran kampus

Di sebelah kosan saya kira – kira 300 meter, ada salah satu keluarga yang cukup lama melakukan wirasuasta. Beliau berusia 43 tahun dan lebih sering dipanggil Pak Edi. Beliau merupakan lulusan SD. Pak Edi merupakan salah satu keluarga kecil yang cukup bahagia dan beliau dikarunia 3 anak, dua diantaranya cewek dan seorang laki - laki, dua anak ceweknya sudah menikah dan yang laki – laki masik sekolah di bangku SLTP. Di dalam kehidupannya beliau termasuk keluarga yang cukup ramah,dan sedikit lucu, sehingga banyak orang yang suka kepada sifat beliau. Awal mulanya beliau merintis usaha jualan lalapan telor atas dukungan dari orang tua, walaupun orang tuanya dulu tidak melakukan usaha jualan lalapan telor tersebut, tetapi dengan dukungan yang diakukan orang tuanya, semangat dan niatan yang baik serta pantang menyerah pak edi yang dulunya seorang petani biasa menjadi pengusaha sukses yang penghasilanya dulu cuman cukup di buat makan setiap hari, tetapi kini beliau sudah bisa menyisihkan uangnya buat tabungan untuk masa depan anak - anak nya bahkan sekarang beliau bisa membeli sepeda motor dan menabung untuk menjalankan ibadah haji.

Berbicara tentang usaha yang dilakukan oleh pak edi ini, awal mula nya beliau iseng iseng ingin membuka usaha di dekat kampus, karena penghasilannya dulu cuman cukup dibuat makan setiap hari saja sadangkan kebutuhan semakin meningkat. Setelah melakukan beberapa pertimangan pak edi mengambil usaha jualan lalapan telor dan setelah itu beliau meminta pertimbangan orang tuanya, dan ternyata usaha yang di lakukan pak edi ini di restui oleh orang tuanya. Ada beberapa faktor pendukung mengapa pak edi melakukan usaha jualan lalapan telor, yaitu :

1. jumlah penjual yang ada di deket kampus tepatnya pada kempus Universitas Muhammadiah Jember cukup sedikit.

2. Lokasi kampus dengan rumah pek edi cukup dekat kira- kira 400 meteran.

3. Di dekat rumahnya ada mini pasar yang jarak rumah dengan pasar cumin 100 meter.

4. Pak edi dan istrinya cukup piawai mengolah masakan.

Setelah melakukan beberapa pertimbangan diatas, selanjutnya pak edi mencari lokasi yang strategis untuk mengawali usahanya. Pada awalnya beliau akan membuka usahanya di pertigaan sebelah kiri kampus, tetapi beliau mendapat masukan dari orang tuanya untuk menbuka usahanya disebelah kiri perenpatan semeru utama. Lebih tepatnya di depan mini pasar, karena disitu ada tempat atau tanah kosong yang tidak di gunakan oleh pemiliknya, sehingga beliau memakai tempat tersebut untuk menjalankan usahanya. Beliau membuka usahanya pada tahun 1997 bulan pertengahan, dengan modal awal diperkirakan sekitaran Rp.50.000,-. Dimana modal tersebut didapat dari uangnya sendiri dan dari orang tuanya.

Selama menyiapkan modal buat awal usahanya beliau mencicil untuk membangun tempat usahanya kira- kira dengan luas lahan 6 x 4 meter, di sebelah kiri perempatan semeru utama. Setelah itu pak Edi mencoba menyiapkan keperluan keperluan lain yang mendukung usaha tersebut, sehingga modal yang di sediakannya sekitaran Rp.50.000,- tersebut bisa di manfaatkan secara tepat atau pengeluaran tidak melebihi modal yang sudah ada.

Dalam menjalankan usahanya pak Edi dibantu oleh istri, ketiga anak nya serta kedua menantunya, karena anak pertama dan keduanya sudah menikah dan mereka tinggal dalam satu rumah. Didalam menjalankan usahanya keluarga besar pak Edi membagi tugas dalam menyiapkan keperluan dapur. Dengan pembagian tugas sebagai berikut:

1. Pada malam hari anak pertama atau kedua beserta menantunya membeli keperluan dapur seperti sayuran, telor, dan keperluan lain yang perlu dibeli untuk melengkapi keperluan dapur.

2. Pada malam hari yang sama di saat anak dan menantunya membeli keperluan dapur, pak edi dan istrinya menjaga atau menjalankan usahanya yang berupa jualan nasi lalapan telor.

3. Anak dan menantu pak Edi yang dirumah menyiapkan keperluan apa saya yang akan di masak dan keperluan tambahan apa saja yang perlu di beli pada pagi harinya.

Pada siang hari sehabisnya dhuhur keluarga beras pak Edi memulai menyiapkan keperluan usahanya seperti memasak nasi dan menasak sayuran. Dan sekitaran jam 4.30 PM, semua keperluan usahanya sudah tersiapkan dan siap dibawa ketempat usahanya. Setelah itu beliau melanjutkan memasak telor , memasak air, dan menggoreng gorengan seperti menggoreng tempe dan tahu isi. Disini lah beliau memulai berjualan nasi lalapan telor miliknya sampai malam hari.

Pada awal usaha pada tahun 1997 beliau cuman menyiapkan kurang dari 10 kg beras dan sekitaran 5 kg telor saja. Dengan harga jual kira- kira Rp. 250 per porsi dan gorengan dulunya sekitaran Rp.25,- per biji. Itupun terkadang masakan yang sudah di siapkan masih banyak sisa, sehingga pak edi mengalami kerugian , kata pak Edi mungkin dikarenakan masih belum banyak orang yang tahu tentang usaha miliknya. Tetepi dengan semangat yang dimilikinya beliau mampu mengatasi masalah kerugian. Dengan sifat pak Edi yang sedikit lucu dan ramah terhadap pembelinya, usaha yang di jalan pak Edi tidak terlalu banyak mendapatkan halangan dalam menajukan usaha miliknya, bahkan pada tahun 2000 dimana terjadi krisis moniter berkepanjangan beliau mempu mengatasinya dengan sedikit menaikkan harga jual nasi lalapan telornya dengan harga sekitaran Rp.2000,- per porsi.

Hingga pada sekarang ini beliau masih terus bersaing dengan pedagang - pedagang lain yang semakin banyak di sekitaan kampus. Berkat kecekatan mengolah masakan dengan baik dan pengalaman memasaknya selama kurang lebih 13 tahunan serta sifat ramah terhadap pembelinya, beliau sekarang mampu membeli sepeda motor baru yang mampu digunakan untuk memudahkan dalam belanja keperluan sehari hari nya. Pada tahun 2009 awal pak Edi pindah lokasi dari peremparan semeru utama ke depan rumahnya, yaitu 100 meter dari lokasi sebelumnya. Tetapi pada saat pemindahan lokasi tersebut para pelanggan pak Edi tidak ada perubahan. Saat saya Tanya tentang pemindahannya tersebut, pak edi menjawabnya “ karena kalau di tempat itu terus beliau tidak enak sendiri dengan pemilik lahan karena lahan itu cuman pinjam saja”, sehingga beliau memilih untuk pindah lokasi.

Berbicara tentang penghasilan yang di dapat oleh pak edi sekarang ini jika di jabarkan secara matematis sebagai beikut:

Saat saya Tanya kepada beliau tentang dana yang di keluarkan untuk memulai jualan pada malam hari?. Pak Edi menjawab, kira –kira sekitaran Rp. 300.000,- sampai Rp. 500.000,- per sekali belanja sayuran, telor, minyak, tempe, tahu dan keperluan lain yang mendukung. Sekarang ini pak edi menjual nasi lalapan telor dengan harga Rp. 3500,- untuk porsi biasa dan untuk porsi jumbo harga Rp. 4000,- per porsi, sedangkan untuk semua gorengan, dan krupuk sama seperti warung – warung biasanya yaitu Rp. 500,- per biji. Apa lagi sekarang pak Edi menambah dengan jualan lalapan pindang. Untuk minuman seperti, es teh, es jeruk, es susu, es josua, extra jos, kopi,kopi susu, maupun minuman yang lain yang ada di warung pak edi rata- rata harganya sama seperti warung yang lain.

Saat ditanya tentang habisnya dagangan yang di tawarkan, pak edi ternyata tiap malam beliau mampu menghabiskan beras hingga 25kg, telor 15 kg, tempe 5 plek , dan tahu nya bisa habis 4 kresek sedang. Jika di total kira- kira sebagai berikut :

Jika 1 kg beras bisa dibuat 10 porsi nasi maka 25 × 10 = 250 porsi nasi. Jika per porsinya Rp.3500,- maka 250 × Rp.3500,- = Rp.875.000,-

Untuk gorengan nya 1 plek tempe bisa dibuat 30 tempe goring, maka 30 × 5 = 150. Maka 150 ×Rp.500,- = Rp.75.000,-

Belum untuk tahu isi dan minuman nya kira –kira pak edi mendapatkan Rp.150.000,- per malam.

Jadi dari penjabaran di atas dapat disimpulkan pendapatan pak Edi selama 1 malam adalah

Rp.875.000,- + Rp.75.000,- + Rp.150.000,- = Rp.1.100.00,-

Maka jika di kurang dengan pengeluaran selama 1 kali pembelian bahan buat usahanya adalah Rp.1.100.00 - Rp. 500.000 = Rp. 600.000,-

Dari kesimpulan tersebut pak edi mendapatkan ke untungan per malamnya sekitaran Rp.600.000,- . bayangkan jika penghasilannya tersebut dikalikan satu minggu, di mana dalam satu minggu itu pak edi berjualan dari jam 4.30 PM. Sampai dini hari yaitu kira- kira jam 02.00 AM sampai jam 03.00 AM, dan dimana dalam satu minggu pak Edi tidak berjualan pada hari minggu.

Jadi jika di tafsir pendapatan pak Edi selama 1 minggu adalah sekitaran

Rp. 600.000 × 6 = Rp. 3.600.000,-

Satu bulan sekitaran Rp.14.400.000,-

Bayangkan jika dalam 1 tahun, sudah berapa puluh juta pendapatan pak Edi selama itu?

Nilai yang dapat diambil dari cerita sukses diatas adalah :

Dari apa yang sudah di jabarkan di atas mengenai kisah sukses keluarga pak Edi, saya dapat menyimpulkan bahwa semua orang entah dia kuliah, memiliki gelar S1, S2 ataupun S3 bahkan tidak sekolah sekalipun, jika dia memiliki inisiatif untuk maju dan semangat tanpa menyerah maka semua usaha yang di geluti sekarang pasti akan mendapatkan hasil yang baik buat kita. Sesuai dengan peribahasa

“ Jangan jadi orang yang menunggu bola datang kepada kita, tetapi kejar bola tersebut dan cetaklah sebuah gol di dalan kehidupan”. Atau

“ Jangan menunggu kesempatan itu datang kepada kita, tetapi siapkan diri untuk menghadapi kesempatan itu”.


0 komentar:

Posting Komentar