Senin, 05 Juli 2010

RENCANA KEPERAWATAN JIWA













NO/

Diagnosa


Perencanaan



Tgl

Keperawatan

Tunjuan

Kriteria Evaluasi

Timdakan Keperawatan

Rasional

I






05-12-01

Resikol melukai diri sendiri dan orang lain/amuk s/d Ketidak mampuan klien mengungkapkan marah secara konstruktif.

à Klien mengatakan kesal sama orang-orang ditumah karena dia tidak pernah diberikan kerjaan yang enak

à Klien mengatakan kesal sama orang-orang di RS. Uangnya hilang ada yang mengambil.

à Klien mengatakan kesal, orang-orang dirumah sakit bikin kotor saja, habis dibersihkan , kotor lagi.

DO :

à Jika bicara dengan orang lain mata sering melotot.

à Kadang klien tampak tegang.

à Jalan tanpa tujuan.

à Klien sering marah dengan suara keras.

à Bicara kacau & tdk jelas.

à Sering membentak orang.

Tupan : Tidak melukai orang lain, diri sendiri dan mampu mengung-kapkan marah yang konstruktif.

Tupen :

1. Klien dapat membina hubu-ngan saling percaya dengan perawat

1.1. Setellah dua kali pertemuan klien mau berinteraksi dengan perawat

à Membalas salam.

à Berjabat tangan.

à Berkomunikasi verbal.

à Dapat menyebutkan nama perawat.

1.1.1. Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal

à Perkenalkan diri.

à Jelaskan tujuan pertemuan .

à Terima klien apa adanya.

à Ciptakan suasana tenang dan relaks.

à Hargai privasi klien.

1.1.2. Pertahankan sikap pera-wat secara konsisten.

à Menepati janji.

à Mempertahankan kontak mata dan posisi yang terbuka.

à Hndari komunikasi yang ber-sifat rahasia didepan klien .

à Perhatikan kebutuhan klien .

Hubungan saling percaya akan menurunkan rasa keterancaman klien terhadap stimulus yang berasal dari perawat , sehingga tercipta hubungan terapeutik.

Sikap yang konsisten akan meningkatkan kepercayaan klien terhadap perawat, dan klien merasa bahwa perawat tahu akan kebutuhannya.



2. Klien dapat mengidentifikasi sumber marah dan mengenal rasa marahnya.

2.1. Setelah dua kali pertemuan klien dapat mengungkapkan apa yang membuat dia marah.

à Mengatakan dalam dalam situasi apa klien marah.

à Mengatakan penyebab klien marah.

à Klien mengatakan dan mengetahui bahwa dirinya sedang marah

2.1.1. Beri respon pd klien dgn tenang dan tidak mengancam.

à Bicara perlahan dan jelas

à Menggunakan kalimat yang mudah dimengerti klien.

à Bersikap terbuka.

2.1.2. Dorong klien untuk meng-ungkapkan hal-hal yang menye-babkan marah.

à Tunjukkan prilaku empati

Bicara mudah dimengerti

Memberi respon pd klien menandakan perawat mene-rima kehadiran klien secara utuh, hal ini merupakan lang-kah awal komunikasi yg terapeutik dan mempermudah intervensi selanjutnya.

Dengan bantuan perawat diharapkan klien mampu mengungkapkan penyebab marahnya dan klien dapat mengenal marahnya.



3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda marah.

3.1. Setelah Dua kali pertemuan klien mampu menyebutkan minimal 3 tanda-tanda marah dari tanda-tanda fisik yang biasa terjadi.

à Wajah merah.

à Mata melotot.

à Tekanan darah meningkat.

à Otot-otot tegang/ menggetar.

à Tangan dikepal.

à Muka tegang.

à Nada suara meninggi.

3.1.1 Dorong klien untuk meng-ungkapkan / mengenal tanda-tanda saat klien marah yg diketahui klien.

3.1.2. Diskusikan dgn klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pd orang marah.

Dgn mampunya mengemu-kakan / mengenal tanda-tanda saat klien marah, klien dapat mengidentifikasi tanda ma-rahnya.

Dgn tahunya tanda-tanda marah bagi klien dapat mengidentifikasi diri sendiri dan orang lain kalau kondisi spt itu adalah sedang marah.



4. Klien dapat mendemontrasikan koping yg biasa digunakan apabila klien marah.

4.1. Setelah 4x pertemuan klien mampu mendemontrasikan cara-cara klien dalam mengatasi marah yang selama ini dilakukan.

4.1.1 Dorong klien untuk menga-takan cara-cara yang dilakukan bila klien marah.

à Jangan menyinggung klien

à Terima apapun yang diungkap-kan klien.

à Fokusing dan klarifikasi bila klien melantur.

4.1.2. Perhatikan klien dan ber-sikap terbuka menerima saat klien sedang mendemontrasikan koping-nya.

4.1.3. Diskusikan bersama klien tentang aspek negatif bila mengekpresikan marah cara tidak konstruktif dan bagaimana cara-cara yang baiknya.

Dgn mengetahui cara-cara yang telah dilakukan klien sebagai bahan untuk inter-vensi selanjutnya, dan dgn menghargai upaya klien akan terbina hubungan saling percaya antara perawat dan klien.

Perhatian yang penuh akan memungkinkan klien untuk lebih percaya diri dalam mengekpresikan prilakunya.

Pilihan baik dan buruk sangat penting saat klien untuk mempertimbanglkan, sehingga klien sendiri yang akan memutuskan.



5. Klien dapat menilai koping/ cara mengatsi marah mana yang baik untuk dirinya atau yang tidak baik ( mengungkapkan marah secara konstruktif ).

5.1. Setelah 6x pertemuan, klien mampu menilai dan menjelaskan cara marah yang konstruktif.

à Tidak menyinggung perasaan orang lain.

à Tidak melukai orang lain.

à Tidak merusak.

à Tidak membuat takut suasa-na.

5.1.1. Diskusikan dgn klien cara mengungkapkan marah yang konstruktif.

à Latihan Asertif; bagaimana diri sebagai orang yg mengalami marah.Mengekplorasi diri untuk mengungkapkan penyebab ma-rah.

à Menyalurkan energi kemarahan secara kontruktif.

à Tehnik relaksasi; Membaca, menggambar, mendengar mu-sik, nonton tv dll.

à Penyelesaian masalah ; Menceritakan pada perawat atau orang lain yang dapat memberikan jalan keluar.

à Aktivitas fisik ; olahraga, pekerjaan rumah tangga.

à Spiritual ; berdoa.

à Bermain peran.

Membantu klien untuk mema-hami atau meningkatkan pengetahuan klien tentang cara mengungkapkan marah yang bisa diterima orang lain, tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.





5.12. Dorong minat klien untuk belajar mengungkapkan marah secara konstruktif.

5.1,3. Anjurkan dan dorong klien untuk memberi contoh marah yang konstruktif

Adanya motivasi akan menimbulkan sikap yang konstruktif dlm mengeks presikan marah.

Menunjukkan realita marah yang konstruktif.



6. Klien dapat memperlihatkan prilaku yang menunjukkan cara-cara mengekpresikan marah yang konstruktif.

6.1. Setelah 6x pertemuan klien dapat memperlihatkan prilaku yang menunjukkan cara pengungkapan marah yang konstruktif.

à Expresi wajah tyidak tegang.

à Nada suara tidak ringgi.

à Mata tidak melotot.

à Nafas tidak cepat.

à Tidak menggunakan kata-kata kasar.

à Prilaku tidak agresif.

6.1.1.Diskusikan dgn klien tentang upaya untuk menciba menerapkan cara-cara yang telah dipelajari dalam berhubungan dengan orang lain.

6.1.2. Anjurkan pd klien untuk mengungkapkan marah secara verbal yang dapat diterima orang lain.

6.1.3. Ingatkan klien untuk berlatih terus cara mengungkapkan marah secara konstruktif.

Menerapkan hal yang telah dipelajari berarti klien belajar mengidentifikasikan dirinya sendiri sehubungan dgn perkembangan di dalam proses berubah.

Tidak membuat orang lain tersinggung berarti tidak menambah konflik baru.

Dgn berlatih terus maka akan terpola dalam perilakunya.



7. Keluarga dapat memiliki sikap yg mendukung atas keadaan perkembangan kesehatan klien

7.1. Setelah satu kali pertemuan dgn keluarga dpt mengidentifi-kasi sikap-sikap yang membuat klien marah.

7.1.1. Anjurkan keluarga untuk mengidentifikasi sikap-sikap yang telah dilakukan terhadap klien selama ini.

7.1.2. Beri kesempatan pada keluarga untuk menilai sikap yang telah dilakukan terhadap klien selama ini.

Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi sikap, me-mungkinkan keluarga mampu melakukan penilaian terhadap perlakuan yang membuat klien marah.

Penilaian terhadap sikap sendiri akan meningkatkan kesadaran keluarga.

09-12-01

Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga.

DS :

à Klien selalu mengatakan , klien yang lain malas-malas.

à Klien mengatakan klien p mengejeknyal.

DO :

à Klien sering menyendiri di tempat tidurnya.

à Klien tidak berinteraksi dengan klien lain.

à Klien sering melamun dilantai disamping tempat tidurnya.

Tupan :

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Tupen :

1. Klien dapat mengungkapkan perasaan dan persepsinya dengan rasa aman.

1.1. Setelah 4x pertemuan klien mau menceritakan perasaan dan persepsinya secara spontan.

1.2. Ekspresi wajah klien tampak tenang.

1.1.1. Bina hubungan saling perca-ya :

à Tepati janji.

à Jelaskan tujuan intrvensi.

à Berlaku konsisten.

à Perilaku bersahabat.

à Empaty.

1.1.2. Pelihara ketenangan ling-kungan , suasana hangat dan ber-sahabat.

1.2.1. Dorong dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya (menggunakan perta-nyaan terbuka)

1.1.2. Dengarkan klien dengan penuh rasa empaty.

Terbukanya hubungan saling percaya antara klien dan perawat akan mempermudah klien untuk mengungkapkan perasaannya.

Suasana lingkungan tenang dan hangat , bersahabat akan mendukung dalan komunikasi terapeutik.

Dengan pertanyaan terbuka memberikan kesempatan pd klien untuk mengekspresikan perasaannya.

Akan meningkatkan hubungan saling percaya.



2. Klien mengenal curiganya.

2.1. Setelah 5 - 7 X pertemuan klien dapat mengenal perasaan curiganya.

2.1.1. Adakan kontak yang sering dan singkat

2.1.2. Terima perasaan curiga sebagai hal yang nyata bagi klien tetapi tidak nyata bagi perawat.

Untuk menstimulus hal-hal yang konstruktif dan menghin-darkan persaan curiga

Menghargai pendapat klien dan menjelaskan apa yang dirasakan dan dilihat, diharap-kan hubungan saling percaya tetap terbina dan klien tidak terlena dengan kecurigaanya.




2.2. Klien dapat mengungkapkan situasi apa yang membuat klien curiga setelah 5-7x pertemuan.

2.2.1. Diskusikan dengan klien tentang perasaan curiga.

Mengetahui penyebab terjadi-nya curiga, sebagai bahan untuk intervensi selanjutnya.




2.3. Klien dapat menyampaika n pada perawat saat terjadinya curiga.

2.3.1. Tanyakan pada klien, dalam keadaan bagaimana curiga itu timbul.

Menigkatkan kerja sama klien dan perawat dalam mengatasi curiganya.



3. Klien dapat mengontrol curiganya.

3.1. Setelah 5-7 kali pertemuan meningkatkan perhatian klien pd rangsangan realita.

3.1.1. Tingkatkan respon klien pd realita ; misalnya ajak klien untuk berinteraksi diyakinkan bahwa ling-kungannya tidak mendukung tim-bulnya curiga.

Meningkatkan kerja sama perawat- klien utk mengontrol curiganya dan lingkungan terapeutik akan mengurangi perasaan curiga klien.




3.2. Klien dapat mengerjakan aktivitas sehari-hari dan aktivitas yang disenangi.

3.3. Klien dapat memulai dan mempertahankan hubungan dgn orang lain.

3.2.1. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas yang disenangi.

3.2.2. Puji klien apabila klien sudah mau ikut melakukan kegiatan sehari-hari.

3.31. Perkenalkan klien dgn klien lain dan mengikutsertakan dalam kegiatan bersama seperti makan, memelihara kebersihan.

3.3.2. Berikan stimulus yang konstruktif bahwa lingkungan cu-kup bersahabat.

3.3.3. Dorong klien untuk ber-komunikasi dengan lingkungan secara bertahap.

3.3.4. Lakukan terapi aktifitas kelompok yg bertujuan untuk membina hubungan sosial dan interaksi dgn lingkungan.

Dgn kegiatan sehari-hari fokus curiganya akan ber-kurang.

Reinforcement positif sangat-lah penting dalam dalam meningkatkan kepercayaan klien.

Apabila klien sudah bisa berinteraksi dan mengenal lingkungan yang tidak mem-buatnya menjadi curiga, klien akan terhindar dari perasaan curiga.

Hal ini akan mengurangi ke-curigaan klien yang sudah terpola.

Secara bertahap disesuaikan dgn kemampuan interaksi klien.

Terapi aktivitas kelompok dgn sosialisasi sangat berarti sekali untuk klien yg menarik diri.



4. Keluarga dapat berperan dalam mengontrol perasaan curiga klien.

5. Klien dapat mengikuti program pengobatan.

4.1. Setelah satu kali home visit keluarga dapat :

à Menjelaskan proses terjadinya curiga.

à Tanda-tanda curiga.

à Cara mengontrol curiga.

4.2. Keluarga dapat membantu menurunkan perasaan curiga klien.

5.1. Kolaborasi; pemberian obat psikofarma.

4.1.1. Diskusi dgn keluarga tentang ;

à Kecurigaan yang terjadi pada klien.

à Tanda-tanda curiga.

à Cara mengontrol supaya tidak terjadi curiga.

4.2.1. Berikan motivasi keluarga agar bersikap empati dan bersahabat serta tidak membuat klien tambah curiga.

5.1.1. Menjelaskan kepada klien tujuan pengobatan.

à Awasi klien apakah obat dima-kan.

à Jelaskan kepada klien tentang reaksi obat.

à Perhatikan prinsip 5 benar pada pemberian obat.

à Observasi reaksi setelah pem-berian obat.

Dengan meningkatkan penge-tahuan keluarga tentang gangguan berhubungan curi-ga yang terjadi pada klien akan membantu keluarga dalam memberi perawatan kepada klien baik di rumah atau di rumah sakit.

Dukungan keluarga sangat dibutuhkan sekali pd klien gangguan berhubungan dgn perilaku curiga.

Hal ini dilakukan untuk meng-hindari kecurigaan klien. Dengan perhatian perawat dalam pengobatan maka terapi akan lebih tepat guna dan efektif sesuai sasaran.

3.

09-12-01

Penampilan diri kurang adekuat sehubungan dengan kurang minat dalam kebersihan diri.

D.O :

à Penampilan diri kurang rapih.

à Baju yang dipakai itu-itu saja tampak kotor.

à Kulit agak bersisik & kering

à Rambut kotor, banyak ketombe.

à Setiap berinteraksi dgn mahasiswa klien belum mandi.

à Kuku panjang dan hitam.

D.S.

à Klien mengatakan malas mandi.

à Klien mengatakan waktu pulang malas mandi karena takut menghabiskan air.

Tupan :

Penampilan klien rapih dan bersih.

Tupen :

1. Klien mampu mengungkapkan pentingnya merawat kebersihan diri sendiri.

2. Klien mampu meningkatkan kemampuan dalam merawat diri sendiri secara bertahap.

3. Keluarga dapat berperan dalam mengontrol dan memberikan dukungan terhadap perewatan kebersihan diri sendiri.

4. Klien dapat mengikuti kegiatan TAK dengan tujuan untuk meningkatkan kebersihan, klien termotivasi melakukan keber-sihan.

1.1. Setelah dijelaskan tentang pentingnya perawatan diri sendiri, klien dapat menyebutkan kembali tujuan dan pentingnya merawat diri sendiri, dan cara memelihara kebersihan diri yang benar.

2.1. Selama klien di rawat.

à Klien dapat mandi sendiri setiap hari dgn menggunakan sabun mandi, gosok gigi pakai odol, klien tampak bersih.

à Klien dapat mengganti baju tiap hari dan pakai pakaian bersih.

à Klien dapat memperlihatkan kebersihan rambut, wajah dan kuku.

2.2. Setelah 4x pertemuan klien dapat melakukan point 2.1

dengan inisiatif sendiri.

3.1. Setelah satu kali pertemuan home visit keluarga dapat mengerti tentang, manfaat kebersihan bagi klien dapat memberikan dorongan bagi klien untuk melakukan perawatan kebersihan diri.

4.1. Setelah 4x pertemuan klien dapat mengikuti TAK . Cara me-rawat kebersihan, memakai baju, membersihkan tempat tidur klien.

1.1.1. Diskusikan dengan klien tentang tujuan dan pentingnya merawat diri sendiri.

1.1.2. Berikan motivasi klien untuk melakukan perawatan diri.

2.1.1. Dorong klien untuk mandi sendiri 2x sehari, menggunakan sabun mandi, ganti baju, dan menggunakan yang bersih, serta memperhatikan kebersihan, badan wajah, dan kukunya.

2.2. Observasi tingkat kemajuan klien dalam merawat diri sendiri.

3.1.1. Diskusikan dengan keluarga tentang konsep kebersihan/ self care pada klien

4.1.1. Lakukan TAK mengenai merawat kebersihan diri, pakai baju yang rapih, membersihkan tempat tidur.

Denman mengetahui hal ini klien akan kooperatif dalam merawat diri sendiri.

Motivasi sebagai stimulus external yang dapat meng-gerakkan klien.

Dengan dorongan dan mem-perhatikan kemampuan klien secara bertahap klien dapat mandiri dalam merawat diri sendiri.

Klien merasa dihargai dari apa yang selama ini dila-kukannya.

Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam rangka self care bagi klien.

Hal ini dilakukan untuk mengingatkan dan membi-asakan klien dalam mela-kukan perawatan kebersihan diri.

0 komentar:

Posting Komentar